Para peserta berfoto bersama Penyair M. Sarip Hidayat
AGBSI
(CIANJUR) – Sebanyak 100 orang guru Bahasa
dan Sastra Indonesia dan peserta didik pecinta sastra seluruh Indonesia
berkumpul untuk mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan di Bumi Perkemahan
Mandalawangi Cibodas, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Mereka diberikan materi-materi
yang tidak akan pernah terlupakan dari para sastrawan, budayawan, dan seniman
tanah air dalam program Jambore Nasional Sastra 2019 selama tiga hari dua malam
pada Jumat sampai Minggu, 5-7 Juli 2019 kemarin.
Lokasi Bumi Perkemahan
Mandalawangi Cibodas sendiri dikenal sebagai lokasi perkemahan bernuansa sejuk
bahkan cenderung beku karena berada di gunung Gede Pangrango.
Penulis novel trilogi
Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari, mengungkapkan kebanggaan dan kekagumannya
pada para peserta kegiatan yang telah peduli dan cinta terhadap Bahasa dan
Sastra Indonesia.
"Saya menempuh
perjalanan selama 9 jam dari kampung saya ke sini demi bertemu dengan para
generasi-generasi muda yang luar biasa," ujarnya saat memberikan materi
pada hari pertama kegiatan Jumat (5/4).
Jambore
Nasional Sastra 2019 merupakan bagian dari program Dewan
Pimpinan Pusat Asosiasi Guru Bahasa dan
Sastra Indonesia (AGBSI), yang akan menjadi program tahunan untuk
memberikan sumbangsih pemikiran dan pelatihan Sastra Indonesia kepada segenap
guru dan siswa seluruh Indonesia.
Para peserta menikmati keseruan Jambore Nasional Sastra 2019
“Jambore Nasional Sastra adalah bentuk kepedulian AGBSI pada Indonesia.
Bagi AGBSI, literasi sastra Indonesia tentu saja merupakan salah satu bentuk
pendidikan karakter tidak akan mengganggu pelajaran lain, sehingga wajib
diperdalam dan menjadi perhatian serius para pemangku kebijakan di sekolah.”
ujar Jajang Priatna, S.Pd.,M.M., Ketua AGBSI.
Selain materi utama
mengenai proses kreatif menulis prosa bersama Ahmad Tohari, para peserta dalam kegiatan
Jambore Nasional Sastra 2019 mendapatkan materi lain seperti Musikalisasi Puisi
dari musisi Ferry Curtis, Teori Drama dari dosen Dr. Tatang Abdullah, Praktik
Drama oleh praktisi teater Iman Soleh, Teori Kritik Sastra oleh penyair Agus R.
Sardjono, dan Penulisan Puisi oleh penyair M. Sarip Hidayat.
Peserta bersama penyair Agus R. Sardjono
“Para peserta Jambore
Nasional Sastra pertama ini memang luar biasa. Selain berprofesi sebagai guru,
mereka pun merupakan praktisi menulis yang tentu saja akan menginspirasi para
peserta didiknya secara langsung. Begitupun dengan para peserta dari kalangan
siswa. Di pundak merekalah perkembangan sastra Indonesia akan disematkan.”
Tambah Jajang.
Peserta menulis puisi di kaki gunung Pangrango
“Saya sangat kagum sampai
membeku melihat Pak Ahmad Tohari berkata bahwa menulis itu ada awalnya tetapi
tidak ada akhirnya. Sungguh motivasi besar bagi saya. Saya sangat berterima
kasih sekali pada segenap jajaran AGBSI karena bisa menjadi bagian dari Jambore
Nasional Sastra I di tahun ini. Sunguh penggalaman luar biasa bagi saya
mengikuti kegiatan ini. Semoga tahun depan, kegiatan yang sama bisa diadakan di
kampung saya di Wakatobi.” Ujar Nurhayati, S.Pd., M.Pd., peserta guru dari SMP Negeri
3 Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (Panji Pratama)
Kegiatan yang sangat bagus untuk perkembangan pendidikan dan kesusastraan Indonesia. Saya sangat bangga menjadi bagian dari kegiatan tersebut. Terima kasih kpd panitia dan AGBSI. Salam takzim.
ReplyDeleteKegiatan yang melatih guru untuk bisa mengapresiasi sastra dengan mencipta karya dari alam terbuka. Biasanya kegiatan pelatihan di dalam ruangan atau di hotel yang kadang kurang "mengena" untuk peserta. Semoga kegiatan ini menjadi pionir bagi kegiatan pelatihan lembaga lain
ReplyDelete